Kenangku Dalam DoaMu  

Posted by Amat

27/06/2011…sorg shbt telah kembali kepadanya…walaupon bukanlah kwn bek…tp still tetap kawan…bermula perkenalan ketika di alam budak2…alam budak sek rendah…umurnya..lebih tua sedikit dariku…tetapi orgnya ceria…teman bermain bola…setelah dia berpindah rumah..agak susah untuk berjumpa kerana aku sndri msok sek berasrama….tapi klu jmpa pon stil bertegur…walaupon kita jrg berjumpa..tp kau tetap kawanku dunia akhrt..salam perpisahan…al-fatihah buat sahabatku bernama fandi y telah menghembuskan nafas terakhir pada 27/06/2011….semoga sentiasa berada di dlm rahmatnya dan ditempatkn bersama hmba2 Allah y terbaik di sisi Allah…




Diselitkan Sedikit Perkongsian Mengenai Kematian

Kematian juga dikemukakan oleh Al-Quran dalam kontekmenguraikan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia. Dalam surat

Al-Baqarah (2): 28 Allah mempertanyakan kepada orang-orang

kafir.

"Bagaimana kamu mengingkari (Allah) sedang kamu
tadinya mati, kemudian dihidupkan (oleh-Nya),
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya."

KEMATIAN HANYA KETIADAAN HIDUP DI DUNIA


Ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi menunjukkan bahwa kematian
bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia yangmeninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam lain dan dengan cara yang tidak dapat diketahui sepenuhnya.

"Janganlah kamu menduga bahwa orang-orang yang

gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki" (QS Ali-'Imran [3]: 169).

"Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang
yang meninggal di jalan Allah bahwa 'mereka itu telah mati,' sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (QS Al-Baqarah [2]: 154).

Imam Bukhari meriwayatkan melalui sahabat Nabi Al-Bara'  bin
Azib, bahwa Rasulullah Saw., bersabda ketika putra beliau,
Ibrahim, meninggal dunia, "Sesungguhnya untuk dia  (Ibrahim)
ada seseorang yang menyusukannya di surga."

Sejarawan Ibnu Ishak dan lain-lain meriwayatkan bahwa ketika
orang-orang musyrik yang tewas dalam peperangan Badar dikuburkan dalam satu perigi oleh Nabi dan
sahabat-sahabatnya, beliau  "bertanya"  kepada  mereka  yang
telah tewas itu, "Wahai penghuni perigi, wahai Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Ummayah bin Khalaf;Wahai Abu Jahl bin Hisyam, (seterusnya beliau menyebutkan nama orang-orang yang di dalam perigi itu satu per satu).Wahai penghuni perigi! Adakah kamu telah menemukan apa yang
dijanjikanTuhanmu itu benar-benar ada? Aku  telah  mendapati
apa yang telah dijanjikan Tuhanku."

"Rasul. Mengapa  Anda  berbicara  dengan  orang  yang  sudah
tewas?" Tanya para sahabat. Rasul menjawab: "Ma antum hi
asma' mimma aqul minhum,  walakinnahum  la  yastathi'una  an
yujibuni (Kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka,
tetapi mereka tidak dapat menjawabku)."2


Demikian beberapa teks keagamaan yang dijadikan alasan untuk

membuktikan bahwa kematian bukan kepunahan, tetapi kelahiran dan kehidupan baru.

MENGAPA TAKUT MATI?


Di atas telah dikemukakan beberapa faktor  yang  menyebabkan
seseorang merasa cemas dan takut terhadap kematian.
Di sini akan dicuba untuk melihat lebih jauh betapa sebahagiandari faktor-faktor tersebut pada hakikatnya bukan pada tempatnya.
Al-Quran seperti dikemukakan berusaha menggambarkan bahwa hidup di akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia.

"Sesungguhnya akhirat itu lebih baik untukmu
daripada dunia" (QS Al-Dhuha [93]: 4).

Musthafa Al-Kik menulis dalam bukunya Baina Alamain

bahwasanya kematian yang dialami oleh manusia dapat berupa kematian mendadak seperti serangan jantung, tabrakan, dan sebagainya, dan dapat juga merupakan kematian normal yang terjadi melalui proses menua secara perlahan. Yang mati
mendadak  maupun  yang normal, kesemuanya mengalami apa yang
dinamai sakarat al-maut (sekarat) yakni semacam hilangnya
kesedaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dan jasad.

Dalam keadaan mati mendadak, sakarat al-maut itu hanyaterjadi beberapa saat singkat, yang mengalaminya akan merasa sangat sakit karena kematian yang dihadapinya ketika itu
diibaratkan oleh Nabi Saw.- seperti "duri yang berada  dalam
kapas, dan yang dicabut dengan keras." Banyak ulama tafsir menunjuk ayat Wa nazi'at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang
mencabut  nyawa  dengan  keras)  (QS  An-Nazi'at  [79]:  1),
sebagai isyarat kematian mendadak. Sedang lanjutan ayat surat tersebut yaitu Wan nasyithati nasytha
(malaikat-malaikat yang mencabut ruh  dengan  lemah  lembut)
sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara
perlahan-lahan.3

Kematian yang melalui proses lambat itu dan yang dinyatakanoleh ayat di atas sebagai "dicabut dengan lemah lembut," sama keadaannya dengan proses yang dialami seseorang pada saat kantuk sampai dengan tidur. Surat Al-Zumar (39): 42 yang dikutip sebelum ini mendukung pandangan yang mempersamakan mati dengan tidur. Dalam hadis pun diajarkan bahwasanya tidur identik dengan kematian. Bukankah doa yangdiajarkan Rasulullah Saw. untuk dibaca pada saat bangun tidur adalah:
"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami

(membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami(menidurkan). Dan kepada-Nya jua kebangkitan
(kelak)."


Pakar tafsir Fakhruddin Ar-Razi, mengomentari surat Al-Zumar
(39): 42 sebagai berikut:
"Yang pasti adalah tidur dan mati merupakan duahal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedangtidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna
dilihat dari beberapa segi."

Kalau demikian. mati itu sendiri "lazat dan nikmat,"bukankah tidur itu demikian? Tetapi tentu saja ada faktor-faktor ekstern yang dapat menjadikan kematian lebih lazat dari tidur atau menjadikannya amat mengerikan melebihi ngerinya mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia. Faktor-faktor ekstern tersebut muncul dan diakibatkan olehamal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini
Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh

Imam Ahmad menjelaskan bahwa, "Seorang mukmin, saat
menjelang kematiannya, akan didatangi oleh  malaikat  sambil
menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbedahalnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkannya kepadanya apa yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidakada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu dengan
Tuhan."


Dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwaTuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasatakut dan jangan pula bersedih, serta bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah kepada kamu.'"

Turunnya  malaikat  tersebut  menurut  banyak  pakar  tafsir
adalah ketika seseorang yang sikapnya seperti digambarkan
ayat di atas sedang menghadapi  kematian.  Ucapan  malaikat,
"Janganlah kamu merasa takut" adalah untuk menenangkan mereka menghadapi maut dan sesudah maut, sedang "janganbersedih" adalah untuk menghilangkan kesedihan mereka
menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan seperti anak,
istri, harta, atau hutang.

Sebaliknya Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orangkafir ketika menghadapi kematian sulit terlukiskan:
"Kalau sekuanya kamu dapat melihatmalaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka
serta berkata, 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar' (niscaya kamu akan merasa sangat
ngeri)" (QS Al-Anfal [8]: 50)

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim berada dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata,
'Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini, kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang
tidak benar, dan karena kamu selalu menyombongkan
diri terhadap ayat-ayat-Nya" (QS Al-An'am [6]:

93).


Di sisi lain, manusia dapat "menghibur" dirinya dalam

menghadapi kematian dengan jalan selalu mengingat dan
meyakini bahwa semua manusia pasti akan mati. Tidak  seorang
pun akan luput darinya, karena "kematian adalah risiko
hidup." Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa,

"Setiap jiwa akan merasakan kematian?" (QS Ali

'Imran [3]: 183)
"Kami tidak menganugerahkan hidup abadi untuk

seorang manusiapun sebelum kamu. Apakah jika kamu
meninggal dunia mereka akan kekal abadi? (QS

Al-Anbiya' [21]: 34)

Keyakinan akan kehadiran maut bagi setiap jiwa dapatmembantu meringankan beban musibah kematian. Karena, seperti diketahui, "semakin banyak yang terlibat dalam kegembiraan,semakin besar pengaruh kegembiraan itu pada jiwa;sebaliknya, semakin banyak yang tertimpa atau terlibat
musibah, semakin ringan musibah itu dipikul."

Demikian Al-Quran menggambarkan kematian yang akan dialamioleh manusia taat dan durhaka, dan demikian kitab suci irõi menginformasikan tentang kematian yang dapat mengantar seorang mukmin agar tidak merasa khawatir menghadapinya. Sementara, yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk bersiap-siap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.
Semoga kita semua mendapatkan keridhaan Ilahi dan surga-Nya.

This entry was posted on 7:24 PM . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

0 comments